tempoyak
tempoyak,,mungkin kata yang asing buat anda ya sob??? kalau gitu admin jelasin ni sob apa itu tempoyak,,, :)
tempoyak itu salah satu makanan khas jambi nih,,,,rasa nya t enak banget sobb,,,
Jika Kawan-kawan tinggal di Jambi, saya yakin mengetahui makanan ini.
Para penjual tempoyak banyak dijumpai pada saat musim durian tiba. Hal ini dikarenakan tempoyak terbuat dari durian yang disimpan dalam waktu tertentu. Setelah durian dipisah dari bijinya, biasa disimpan di dalam botol atau tempat tertutup beberapa hari, dengan kata lain durian tersebut difermentasi. Setelah itu baru siap dibuat menjadi masakan yang lezat. Rasanya sangatlah mengundang selera. Tidak ada orang asli Jambi yang tidak pernah mencicipi makanan dari asam durian ini.
Tempoyak memiliki jenis yang beragam (sesuai dengan selera), seperti, tempoyak gurame, tempoyak udang, tempoyak gurame, tempoyak patin, dengan bahan dasar yang dicampur durian, namun tastednya begitu memuaskan selera. Tempoyak bisa digunakan untuk membuat berbagai menu seperti gulai-gulai tempoyak yang cukup terkenal dan menjadi menu utama beberapa restoran dan rumah makan yang menjajakan masakan khas Jambi.
ini adalah durian yang telah difermentasi dan menjadi tempoyak
Wah…wah apalagi tempoyak dipadu dengan salah
satu ikan favorite Propinsi Jambi yaitu ikan sema yang hidup di
perairan deras bagian barat propinsi jambi. Biasanya ikan sema ini
dahulu kala santapan untuk raja-raja di propinsi jambi. Raja-raja saja
senang sobat apa lagi kita. Tempoyak juga bisa dibuat sambal, loh. Jadi
bila dibuat sambal, namanya sambal tempoyak. Ini dia foto-foto masakan
tempoyak khas Jambi… Jadi laperrrrr nih hehehe.
Ini adalah tempoyak ikan patin kesukaan saya
Tempoyak jika dibuat sambal akan seperti ini…Yummy…
link lebih lengkap nya di sini,,
suku SAD (suku anak dalam) Prov.jambi
Suku Kubu (Suku Anak Dalam atau Orang Rimba) adalah salah satu suku yang masih termasuk primitif di Indonesia. Suku ini tinggal di provinsi Jambi, di 3 (tiga) wilayah yang berbeda, yaitu Suku Kubu yang berdiam di wilayah utara Provinsi Jambi (area Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12 dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra).
Kehidupan mereka masih terisolir dari dunia luar dan berpindah-pindah, sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan, peradaban dan kebudayaan.
Mereka mempertahankan hidupnya dengan cara berburu, menangkap ikan dan mengkomsumsi berbagai buah-buahan yang ada di dalam hutan serta memanfaatkan apa yang ada di dalam hutan.
Suku ini masih menganut sistem keagamaan animisme, tetapi saat ini sudah ada beberapa yang menganut agama Islam.
Asal-usul menurut versi Departemen sosial dalam data dan informasi Depsos RI tahun 1990, menyebutkan bahwa : sejak Tahun 1624 terjadi banyak konflik antara Kesultanan Palembang dan Kerajaan Jambi yang masih satu rumpun (rumpun Melayu) dan akhirnya mengakibatkan pertempuran dan perpecahan pada tahun pada tahun 1629.
Dari versi tersebut di atas dibuat satu kesimpulan mengenai adanya dua kelompok Suku anak-dalam dalam bahasa, bentuk fisik, tempat tinggal dan adat istiadatnya yang berbeda. Mereka yang berada di hutan rimba Musi Rawas (Sumatera Selatan) berbahasa Melayu, mempunyai warna kulit kuning dengan postur tubuh ras Mongoloid. Mereka ini keturunan pasukan palembang. Kelompok lain yang tinggal di kawasan hutan Jambi berkulit sawo matang, rambut ikal dan mata yang besar. Mereka tergolong ras wedoid (campuran wedda/India dan negrito).
Rumah suku Kubu sangat sederhana terbuat dari bahan rotan ataupun sejenisnya dan dedaunan sebagai atapnya. Bangunannya berbentuk panggung yang tinggi dan dibagian bawahnya mereka buat sebagai tempat penyimpanan padi.
Cara berpakaian mereka yang bervariasi,
- Mereka yang tinggal di hutan dan berpindah-pindah (hidup nomaden) pakaiannya sangat sederhana, hanya mengenakan cawat, sedangkan tubuh bagian atas dibiarkan terbuka
- Yang tinggal menetap di hutan, bisa berpakaian sesuai dengan tradisinya ataupun seperti layaknya masyarakat pada umumnya juga.
- Yang tinggal berdekatan dengan pemukiman (komunitas luar/desa) berpakaian seperti masyarakat umum. Namun di tempat pemukimannya mereka masih ada yang tidak menggunakan baju.
Saat ini ancaman yang sangat serius benar-benar harus dihadapi. Hutan tempat tinggal mereka dan habitat satwa di dalamnya akan berubah, tidak ada kemurnian alam lagi. Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit menjadi bisnis besar pada saat ini, karena pemakaian minyak kelapa sawit sangat besar terutama untuk para konsumen luar negeri yang pastinya akan mengeruk keuntungan yang besar pula.
* Keberadaan Suku Kubu sangat membantu dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, terutama di hutan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik di laut maupun di darat. Khusus di daratan Indonesia yang merupakan paru-paru dunia karena mempunyai banyak hutan tropis yang sangat berguna dan bermanfaat bagi lingkungan.
Namun keadaan ini akan sirna dalam beberapa puluh tahun ke depan karena penebangan hutan terus dilakukan dan tanpa dipikirkan adanya reboisasi untuk menjaga kelangsungan lingkungan hidup di hutan tersebut.
Berpuluh-puluh tahun orang rimba hidup di hutan, mereka memanfaatkan sumber daya hutan di lingkungannya dengan tetap menjaga siklus pertumbuhan hutan. Alam bukanlah untuk digasak habis-habisan, begitulah prinsip orang rimba memanfaatkan anugerah yang diberikan Yang Maha Kuasa.
Perilaku menjaga alam terpola melalui kebiasaan hidup mereka, diantaranya pantang bagi mereka untuk menebang tunas-tunas muda dan pantang untuk mencemari air sungai. Pola hidup ini terus diturunkan kepada anak-anak mereka, apabila melanggar tentu sanksi yang dilakukan oleh kepala adat atau kepala suku sangat mengerikan yaitu tidak boleh bergabung dengan kelompok mereka. Tega memang tapi tetua adat sebenarnya telah mengajarkan betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup mereka untuk kelangsungannya.
Dari kearifan itulah mereka dapat tetap hidup dari generasi ke generasi tanpa kekurangan bahan makanan dan sumber obat-obatan. Namun kesempurnaan hidup orang rimbapun terusik oleh hiruk pikuk pembangunan yang kini menyentuh habitat hidup orang rimba.
Pepohonan dan aneka tumbuh-tumbuhan obat-obatan hilang seketika saat gergaji listrik mulai beraksi. Kayu-kayu yang sudah berpuluh-puluh tahun bertengger dalam sekejap telah rata menjadi hutan rusak, binatang pun lari tunggang langgang untuk mencari tempat baru bagi kehidupannya. Para predator kehilangan mangsanya dan mereka pun berani menjarah kampung-kampung untuk mencari makan. Hutan kini menjadi sempit dan orang dalam pun ikut terjepit.
Hal itu terjadi karena masyarakat di luar komunitas orang rimba membutuhkan lahan untuk mendirikan rumah dan membuka ladang untuk perkebunan dan kayu dari pohon-pohon ini. Suku-suku tradisional yang dulunya kaya akan lahan dan sumber daya alam tiba-tiba menjadi miskin. Mereka sulit mendapatkan sumber makanan dan bahan obat-obatan seperti dulu. Hal ini dikarenakan habitat hidup mereka yang kian mengecil dan kehidupan merekapun terhimpit aktivitas pembangunan modern.
Meskipun demikian harus diakui kesederhanaan pola hidup orang rimba telah berhasil menjaga kesinambungan lingkungan hutan dan alam sekitar tempat hidup mereka. Padahal kalau kita lihat fisik mereka yang kumal, malahan kadang tidak berbaju kita merasa menganggap mereka orang yang tidak punya peradaban atau orang terbelakang. Padahal di balik kesederhanaan, mereka seharusnya diberi penghargaan, karena mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa merusak hutan akan merugikan mereka sendiri. Padahal orang modern menganggap kehadiran mereka yang tradisional masih dipandang sebelah mata.*
* Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Suku Anak Dalam
Kompleks Candi Muaro Jambi
Penemuan dan pemugaran
Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno[rujukan?] pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi. Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar,[1] dan kesemuanya adalah bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, China, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.
Struktur kompleks percandian
Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi). Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan berpengaruh agama Hindu.Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Selain tinggalan yang berupa bangunan, dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.
info lengkap klik disini
Danau Kaco
danau kaco ( kaca ) kerinci, wilayah kabupaten paling barat di Provinsi
Jambi ini dianugerahi dengan keindahan alam yang tiada duanya. Tidak
salah jika Kabupaten Kerinci diberi gelar Bumi Segepal Tanah Surga
yang Tercampak ke Bumi.
Satu di antara keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Kerinci adalah Danau Kaco, yang terletak dalam Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Danau yang memiliki luas sekitar 30 x 30 meter ini memiliki kedalaman yang masih menjadi misteri.
Meskipun memiliki kedalaman air yang tidak terukur, namun dasar Danau Kaco bisa terlihat secara jelas. Ini karena warna air yang bening dan jernih serta tempat ribuan ikan semah berkembang biak.
Menurut cerita warga setempat dan beberapa orang anggota pencinta alam yang pernah berkunjung ke danau tersebut, ikan yang ada di dalam danau hanya bisa ditangkap dengan menggunakan pancing.
Jika hanya menggunakan peralatan lain, jangan harap bisa mendapatkan ikan. Pernah ada warga setempat yang memasang jaring untuk menangkap ikan semah di dalam danau, namun tak satu pun ikan didapat.
Menariknya lagi, bagi pemancing yang ingin memancing di Danau Kaco, mereka harus memiliki niat yang baik. Jika tidak, maka orang itu tidak akan mendapat ikan. Selain itu, jumlah tangkapan juga tergantung pada niat pemancing.
"Jika pemancing niatnya mau ikan lima ekor, maka ikan yang didapatkan saat memancing hanya lima ekor saja. Kalaupun dapat ikan lebih banyak, maka ikan yang didapat bukan ikan semah, namun ikan lele yang sebenarnya tidak pernah terlihat dari permukaan danau,"
Selain itu, Danau Kaco juga mengeluarkan cahaya yang terang, terutama pada saat bulan purnama. "Jika berkemah di Danau Kaco, apalagi saat bulan purnama, maka pengunjung tidak membutuhkan penerangan karena air danau mengeluarkan cahaya yang cukup terang. Jika dilihat dari kejauhan, cahayanya terlihat seperti lampu yang diarahkan ke langit,"
"Menurut cerita sesepuh desa, intan yang disimpan Raja Gagak di dasar Danau Kaco adalah intan dan emas titipan yang merupakan ikatan janji pangeran-pangeran yang ingin melamar putri Raja Gagak yang bernama Putri Napal Melintang. Semua lamaran anak raja yang ada di Kerinci diterima Raja Gagak, akhirnya ia kebingungan menerima yang mana," jelas warga Kecamatan Gunung Raya.
Putri Napal Melintang sendiri, dikenal memiliki wajah yang sangat cantik sehingga ia disukai oleh pemuda yang ada pada zaman itu. Bahkan, karena kecantikannya ia juga dicintai ayahnya sendiri.
"Raja Gagak membawa lari putrinya beserta perhiasan emas dan intan yang dititipkan oleh para pangeran sebagai tanda janji, dan menyimpan emas dan intan tersebut di dasar danau,".
Sampai saat ini, warga Kecamatan Gunung Raya, masih mempercayai intan tersebut masih tersimpan di dasar danau. Beberapa tahun lalu, sempat ada warga yang ingin mencoba mengeringkan air Danau Kaco, namun nasib naas dialami warga itu. Ia meninggal karena sakit yang tak kunjung sembuh.
"Percobaan pengambilan intan di dasar Danau Kaco ini telah menbuat pria bernama Lisyuar Yusuf, warga Koto Payang, meninggal dunia. Sejak itu tidak ada lagi warga yang berani mengganggu intan yang ada di dasar danau,"
Namun, bagi yang membawa kendaraan pribadi, mereka bisa menghemat waktu satu jam. Kendaraan hanya bisa masuk sampai ke Benteng Depati Parbo, pahlawan Kerinci yang namanya sangat terkenal. Selanjutnya perjalanan bisa dengan berjalan kaki.
"Sebelum memasuki kawasan Danau Kaco, jangan lupa meminta izin terlebih dahulu pada orang adat setempat. Menurut pengakuan orang adat, kawasan Danau Kaco merupakan wilayah mereka,"
sumber nya disini
Satu di antara keindahan alam yang dimiliki Kabupaten Kerinci adalah Danau Kaco, yang terletak dalam Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Danau yang memiliki luas sekitar 30 x 30 meter ini memiliki kedalaman yang masih menjadi misteri.
Meskipun memiliki kedalaman air yang tidak terukur, namun dasar Danau Kaco bisa terlihat secara jelas. Ini karena warna air yang bening dan jernih serta tempat ribuan ikan semah berkembang biak.
Menurut cerita warga setempat dan beberapa orang anggota pencinta alam yang pernah berkunjung ke danau tersebut, ikan yang ada di dalam danau hanya bisa ditangkap dengan menggunakan pancing.
Jika hanya menggunakan peralatan lain, jangan harap bisa mendapatkan ikan. Pernah ada warga setempat yang memasang jaring untuk menangkap ikan semah di dalam danau, namun tak satu pun ikan didapat.
Menariknya lagi, bagi pemancing yang ingin memancing di Danau Kaco, mereka harus memiliki niat yang baik. Jika tidak, maka orang itu tidak akan mendapat ikan. Selain itu, jumlah tangkapan juga tergantung pada niat pemancing.
"Jika pemancing niatnya mau ikan lima ekor, maka ikan yang didapatkan saat memancing hanya lima ekor saja. Kalaupun dapat ikan lebih banyak, maka ikan yang didapat bukan ikan semah, namun ikan lele yang sebenarnya tidak pernah terlihat dari permukaan danau,"
Selain itu, Danau Kaco juga mengeluarkan cahaya yang terang, terutama pada saat bulan purnama. "Jika berkemah di Danau Kaco, apalagi saat bulan purnama, maka pengunjung tidak membutuhkan penerangan karena air danau mengeluarkan cahaya yang cukup terang. Jika dilihat dari kejauhan, cahayanya terlihat seperti lampu yang diarahkan ke langit,"
Cerita Rakyat
Menurut kepercayaan warga setempat, cahaya yang dikeluarkan dari dasar Danau Kaco merupakan cahaya intan yang tersimpan di dasar air. Intan tersebut dulunya disimpan oleh Raja Gagak, yang berkuasa saat itu."Menurut cerita sesepuh desa, intan yang disimpan Raja Gagak di dasar Danau Kaco adalah intan dan emas titipan yang merupakan ikatan janji pangeran-pangeran yang ingin melamar putri Raja Gagak yang bernama Putri Napal Melintang. Semua lamaran anak raja yang ada di Kerinci diterima Raja Gagak, akhirnya ia kebingungan menerima yang mana," jelas warga Kecamatan Gunung Raya.
Putri Napal Melintang sendiri, dikenal memiliki wajah yang sangat cantik sehingga ia disukai oleh pemuda yang ada pada zaman itu. Bahkan, karena kecantikannya ia juga dicintai ayahnya sendiri.
"Raja Gagak membawa lari putrinya beserta perhiasan emas dan intan yang dititipkan oleh para pangeran sebagai tanda janji, dan menyimpan emas dan intan tersebut di dasar danau,".
Sampai saat ini, warga Kecamatan Gunung Raya, masih mempercayai intan tersebut masih tersimpan di dasar danau. Beberapa tahun lalu, sempat ada warga yang ingin mencoba mengeringkan air Danau Kaco, namun nasib naas dialami warga itu. Ia meninggal karena sakit yang tak kunjung sembuh.
"Percobaan pengambilan intan di dasar Danau Kaco ini telah menbuat pria bernama Lisyuar Yusuf, warga Koto Payang, meninggal dunia. Sejak itu tidak ada lagi warga yang berani mengganggu intan yang ada di dasar danau,"
Jalan kaki 4 jam
Untuk bisa sampai ke Danau Kaco, pengunjung harus berjalan kaki selama empat jam dari Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, melintasi kawasan TNKS. Selama di perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang masih sangat asri karena dilindungi oleh warga setempat.Namun, bagi yang membawa kendaraan pribadi, mereka bisa menghemat waktu satu jam. Kendaraan hanya bisa masuk sampai ke Benteng Depati Parbo, pahlawan Kerinci yang namanya sangat terkenal. Selanjutnya perjalanan bisa dengan berjalan kaki.
"Sebelum memasuki kawasan Danau Kaco, jangan lupa meminta izin terlebih dahulu pada orang adat setempat. Menurut pengakuan orang adat, kawasan Danau Kaco merupakan wilayah mereka,"
sumber nya disini
danau gunung 7
sob,admin mau kasih info buat kampung halaman admin,promosi sedikit sob,siapa tau bisa jadi duta pariwisata (hahhaa)
Danau Air Tawar Tertinggi di Sumatera Gunung Tujuh terletak pada ketinggian 1.950 m dari permukan laut (dpl). Dengan ketinggian tersebut Danau Gunung Tujuh tercatat sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau ini terbentuk karena letusan Gunung Tujuh pada ratusan tahun silam. Bekas letusan tersebut membentuk sebuah kawah yang lama-kelamaan penuh terisi oleh air hujan.
Danau Air Tawar Tertinggi di Sumatera Gunung Tujuh terletak pada ketinggian 1.950 m dari permukan laut (dpl). Dengan ketinggian tersebut Danau Gunung Tujuh tercatat sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau ini terbentuk karena letusan Gunung Tujuh pada ratusan tahun silam. Bekas letusan tersebut membentuk sebuah kawah yang lama-kelamaan penuh terisi oleh air hujan.
Air
Danau Gunung Tujuh menjadi sumber mata air dari Air Terjun Gunung
Tujuh, Air Terjun Telun Berasap, dan Sungai Batang Sangir. Air Terjun Gunung Tujuh dan Air Terjun Telun Berasap ini menjadi bagian lain dari wisata andalan yang terdapat Kabupaten Kerinci.
Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, Danau Gunung Tujuh merupakan danau sekti (sakti).
Mereka meyakini bahwa danau tersebut dijaga dan dihuni oleh dua
makhluk halus menyerupai manusia yang dikawal oleh beberapa pasukan
(pengikut) setia menyerupai harimau. Kedua makhluk tersebut oleh
masyarakat diberi nama “Lbei Sakti” dan “Saleh Sri Menanti”.
Keistimewaan
Kondisi
alam Danau Gunung Tujuh masih asri dan belum terusik oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Suasana alamnya begitu menyejukkan,
panoramanya begitu indah dan alami, dan airnya begitu jernih. Kondisi
ini memberikan ketentraman dan ketenangan bagi siapa saja yang
mengunjunginya.
Keindahan
Danau Gunung Tujuh bertambah lengkap oleh barisan hamparan tujuh
gunung yang mengelilinginya. Ketujuh gunung tersebut meliputi Gunung
Hulu Tebo (2.525 m dpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 m dpl), Gunung
Madura Besi (2.418 m dpl), Gunung Lumut (2.350 m dpl), Gunung Selasih
(2.230 m dpl), Gunung Jar Panggang (2.469 m dpl) dan Gunung Tujuh
(2.735 m dpl).
Di
beberapa titik di pinggir danau ini, terdapat pasir yang terbentang
menyerupai pantai. Tempat tersebut dapat digunakan oleh para wisatawan
untuk berkemah sembari menanti terbitnya sang mentari dari ufuk timur.
Pada saat matahari menampakkan wajahnya, para wisatawan dapat menikmati
keindahan danau yang menakjubkan.
Lokasi
Danau Gunung Tujuh terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia
Akses
Untuk mencapai lokasi ada 3 tahap perjalanan yang mesti dilalui oleh para wisatawan. Pertama, perjalanan
bisa ditempuh melalui tiga alternatif. (1) Perjalanan dari Kota Jambi
ke Sungai Penuh yang berjarak sekitar 500 km, dapat ditempuh sekitar 10
jam menggunakan angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi. (2)
Perjalanan dari Kota Padang ke Tapan kemudian dilanjutkan ke Sungai
Penuh dengan jarak 278 km dapat ditempuh sekitar 7 jam menggunakan
angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi. (3) Perjalanan dari
Kota Padang ke Muaralabuh yang dilanjutkan ke Sungai Penuh dengan jarak
sekitar 211 km dapat ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan angkutan
umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi.
Kedua, perjalanan
dilanjutkan dari Sungai Penuh ke Kecamatan Kayu Aro atau tepatnya di
Desa Pelompek dengan menggunakan angkutan umum. Jarak dari Sungai Penuh
ke Pelompek sekitar 50 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Ketiga, dari
Desa Pelompek ke lokasi Danau Gunung Tujuh, wisatawan hanya perlu
berjalan kaki untuk mencapai lokasi dengan dua alternatif rute. (1) Dari
pos jaga kawasan Gunung Tujuh ke tepi danau dengan jarak 3 km dimana
kondisi medan tidak begitu sulit dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar
2,5 jam. (2) Dari belakang wisma tamu Gunung Tujuh ke tepi danau
dengan jarak sekitar 2,5 km dimana kondisi medan agak curam dan dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam.
sumbernya dari link ini
Danau Kerinci
Salam blogger,,
okeysobat, kali ini admin akan membagikan sedikit informasi tentang kampung halaman admin tercinta (jiahahaha tercinta), kali ini akn dibahas tentang salah satu objek pariwisata, namanya danau Kelinci, eh salah sobat, maksud admin Danau Kerinci
Berikut penjelasan admin...
Danau Kerinci merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Jambi, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Kerinci. Danau ini memiliki luas wilayah 5000 m persegi dengan memiliki ketinggian 783 m.
Gunung kerinci termasuk gunung berapi yang masih aktif, dengan ketinggian 3.805 mdpl. Gunung ini menjadi gunung tertinggi di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya. Di sebelah timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat gunung tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh. Di tengah taman terdapat celah lembah kota sungaipenuh, perkebunan kopi, dan danau Kerinci.
Tidak seperti gunung2 di P.Jawa, hanya ada satu jalur Pendakian untuk menuju Puncak Kerinci, jd kita tidak usah repot untuk memilih mendaki dari jalur mana
Gunung ini dapat ditempuh melalui darat dari Jambi menuju Sungaipenuh melalui Bangko. Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuk Linggau, dan Bengkulu.
Dengan pesawat terbang dapat mendarat di Padang atau Jambi. Pendakian ke puncak gunung Kerinci memakan waktu dua hari mulai dari Pos Kersik Tuo.
Banyak terdapat binatang khas sumatera seperti gajah, badak sumatera, harimau, beruang madu, macan tutul dan Berbagai primata
Perhatikan peraturan tentang jam yang paling aman untuk melakukan pendakian dan berjalan di G Kerinci (ada di Pos), mengingat masih ada harimau (pathera tigris) dan macan tutul di daerah ini. Ada saat-saat tertentu mereka mencari makan dan air. Pada saat-saat ini sebaiknya kita berhenti di tempat yang aman (Shelter).Okey sobat, kalo kurang jelas silahkan lihat sumbernya disini